Pura Bukit Sambong

Pura Bukit Sambong merupakan salah satu cagar budaya peringkat kabupaten yang terletak di Desa Dawan Klod, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Keberadaan pura ini menjadi saksi bisu perkembangan peradaban kuno, khususnya di wilayah Bali. Peradaban mengacu pada tingkat perkembangan kebudayaan yang ditandai dengan adanya peninggalan sejarah dan bukti arkeologis. Terletak di sebuah bukit yang rimbun, Pura  ini menawarkan ketenangan spiritual dan keindahan alam yang asri. Karena pura ini di kelilingin oleh persawahan yang membentang luas. Pura Bukit Sambong tidak hanya berfungsi sebagai tempat peribadatan, tetapi juga sebagai ruang pamer tinggalan sejarah yang sangat berharga. Pura ini terdiri dari 2 halaman, yaitu halaman inti (jeroan) dan halaman luar (jaba).

Sejarah singkat Pura Bukit Sambong, dari data dan juga narasumber menjelaskan tidak ada sejarah pasti tentang terbentuknya Pura Bukit Sambong ini, namun ada beberapa cerita yang eksis di kalangan masyarakat lokal salah satunya ialah, terkait tentang perjalanan I Kebo Iwa. Ketika beliau mendapatkan pawisik dari Ida Bhatara Gunung Agung untuk melempar batu (metebing batu) agar menempel di Pura Bukit Buluh, tetapi batu yang dilemparkan justru jatuh di sebelah timur Pura Bukit Buluh, dan kini menjadi sebuah bukit kecil yang di kenal oleh masyarakat luas dengan sebutan Bukit Sambong. Dari informasi jro mangku setempat, arca-arca yang terdapat di pura ini, merupakan hasil karya dari I Kebo Iwa sendiri. Tinggalan-tinggalan sejarah ini merupakan bukti adanya aktivitas sosial pada zaman dahulu.

Bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di Pura Bukit Sambong menunjukkan kekayaan warisan budaya masa lampau. Di antara tinggalan sejarah tersebut, terdapat berbagai arca yang memiliki makna mendalam. Arca lingga sebanyak 3 buah, Arca Nandi  sebanyak 1 buah, Yoni sebanyak 1 buah, Fragmen arca perwujudan  sebanyak 5 buah, Arca duarapala sebanyak 2 buah, Arca bintang sebanyak 4 buah, Fragmen bangunan  sebanyak 5 buah, dan Lesung sebanyak 1 buah. Dari sebanyak itu ada beberapa artefak yang berhasil diidentifikasi. Lingga, sebagai simbol kesuburan dan kesejahteraan, serta arca nandi sebagai kendaraan Dewa Siwa, dan mencerminkan adanya akulturasi antara kepercayaan lokal dengan ajaran Hindu. Arca-arca dan fragmen-fragmen tersebut di perkirakan di buat pada abad VIII-XV. Dengan begitu pula kita bisa melihat warisan budaya turun temurun yang nantinya akan kita wariskan kepada generasi selanjutnya. Arca-arca ini tidak hanya bernilai seni tinggi, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan penting bagi para arkeolog dan sejarawan..

Sebagai Cagar Budaya, Pura Bukit Sambong dikelola dengan penuh dedikasi oleh masyarakat Subak Dawan Klod. Pura ini memegang peran sentral dalam kehidupan masyarakat, terutama bagi para petani. Mereka percaya bahwa upacara yang dilakukan di pura ini, seperti upacara mendak tirta, akan membawa keberkahan dan kesuburan bagi lahan pertanian. Hubungan erat antara pura, alam, dan masyarakat subak inilah yang menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur tetap lestari dari generasi ke generasi.

Salah satu upacara yang biasanya dilakukan oleh para petani dan pura bukit sambong menjadi pusatnya adalah upacara meayu-ayu. Tujuan dari upacara ini adalah memohon kesuburan atas tanaman padi yang mereka tanam, biasanya upacara ini dilakukan setelah umur padi menginjak 1 bulan. Upacara ini di hadiri oleh seluruh warga subak di lingkungan Subak Dawan Klod. Tidak hanya di jadikan tempat ritual, tempat ini biasanya di gunakan para petani dalam melakukan kegiatan rapat maupun sosialisasi dari dinas terkait. Piodalan di Pura Bukit Sambong di laksanakan setiap 6 bulan sekali atau 210 hari, yang pertepatan dengan Hari Raya Galungan. Piodalan di pura ini biasanya di laksanakan oleh jro mangku  pura tersebut dan juga di hadiri oleh masyarakat setempat dan para anggota subak.

Meskipun berada di tengah gempuran modernisasi, Pura Bukit Sambong tetap mempertahankan arsitektur aslinya yang megah dan otentik. Bangunan pura yang masih menggunakan bahan-bahan tradisional dan tata letak kuno memberikan kesan sakral yang kuat bagi setiap pengunjung. Keaslian Arsitektur ini menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya bagi masyarakat lokal yang rutin bersembahyang, tetapi juga bagi wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan warisan budaya Bali yang otentik dan tak lekang oleh waktu.

Eksistensi Pura Bukit Sambong di tengah masyarakat modern adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai spiritual dan budaya masih sangat relevan. Pura ini bukan sekadar bangunan tua, melainkan pusat kegiatan sosial-budaya yang memperkuat ikatan kekeluargaan dan gotong royong di antara masyarakat dan juga para petani yang berada di lingkungan Subak Dawan Klod. Melalui pengelolaan yang berkelanjutan dan kesadaran akan pentingnya pelestarian, Pura Bukit Sambong akan terus menjadi mercusuar budaya dan spiritual yang menyinari masa depan.